Tanya Jawab
Perihal Bagaimana Memperingati
Penyucian Sabat
Bagian ke-2
Oleh : Victor T. Houteff
Seorang pencari kebenaran yang lain lagi menulis sebagai berikut : Saya telah membaca buku dari Pendeta N, dan sebagai hasilnya saya menjadi bingung perihal bagaimana memperingati penyucian Sabat di Australia, dan saya belum tahu bagaimana menghadapi apa yang dibicarakan, yaitu
GARIS PENANGGALAN INTERNATIONAL DI EDEN
Dengan segala hormat kepada semua keyakinan agama dari setiap orang, maka tak dapat tiada harus diakui bahwa pertahanan pendeta N bahwa hari Minggu ialah hari Sabat yang sesungguhnya di Australia, sekalipun iaitu hari Sabtu di Amerika, adalah sama benarnya dengan mengatakan bahwa tahun 1952 di Australia adalah sama dengan tahun 1951 di Amerika. Ia sedemikian rupa mengejutkan pengetahuan dengan kata-kata bagaikan menciptakan suatu kebenaran dalam khayal. Tetapi sesuatukhayal, yang hanya sebuah bayangan, iaitulah semuanya. Teorinya bahwa seseorang yang mengarungi bumi arah ke barat ia itu sudah akan kehilangan waktu satu hari, padahal apabila ia mengarungi bumi arah ke timur iaitu akan menguntungkan dia satu hari, maka secara logis iaitu memaksakan pengambilan kesimpulan yang keliru, bahwa seseorang yang terbang pada kecepatan yang sama dengan kecepatan dari bumi yang berputar pada porosnya, yang secara praktis adalah 1000 mil per jam, maka ia sudah akan kehilangan sama banyaknya hari, minggu, bulan, dan tahun dengan sekiranya ia hendak terus menerus saja terbang. Karena pada angka kecepatan itu ia sudah akan menyesuaikan diri dengan matahari, maka jika ia tidak berhenti, ia tidak akan pernah melihat akhir dari hari, sekiranya ia tidak mulai bertolak pada siang hari, atau tidak akan pernah melihat akhir dari malam sekiranya ia harus bertolak pada malam hari.
Juga, kemudian, lokasi usulan dari N mengenai suatu garis penanggalan international di Eden (Palestina, atau di sekitarnya), gantinya mengenai sesuatu yang alami di Lautan Pacifik, ia itu adalah jelas-jelas tidak masuk akal, dan tidak praktis di samping juga tidak sesuai Alkitab, apabila seseorang berpikir bahwa pada mula pertama Eden telah merupakan pusat kediaman milik Allah, dan juga tempat kerja-Nya Dia ber-cipta; dan bahwa secepatnya matahari diciptakan iaitu lalu pertama sekali memancarkan hari paginya yang mulia di Eden, lalu pada waktu yang sama melemparkan semua bayangannya ke atas lautan Pacifik.
Apabila pendeta N mempertimbangkan semua kenyataan ini, maka ia pun akan tahu bahwa sama seperti halnya Eden menyaksikan pertama kali matahari terbit (permulaan dari siang "hari matahari" yang pertama --- "pagi hari"), demikian itu pula Lautan Pasifik, Australia timur, menyaksikan matahari masuk yang pertama (permulaan dari "malam matahari" (solar night) yang pertama ---"malam"), dan bahwa kemudian dan disanalah berakhir awal dari waktu matahari, yaitu hari ke-3, dan mulailah waktu matahari (solar day), hari ke-4. Dan itulah sebabnya hari matahari (solar day) masih dimulai dan berakhir masing-masing di tempat-tempat yang sama. Ia kemudian akan menemukan bahwa kegiatan mencipta dari Allah inilah yang telah mengukuhkan Garis Penanggalan International di Lautan Pacifik itu, dan akan kemudian mengetahui mengapa orang-orang yang diilhami dengan pemikiran dan akal sehat mengenalnya berada di sana. Apabila semua kasus alamiah ini dipertimbangkan dengan saksama, maka akan terlihat bahwa Sabat yang pertama, hari yang ketujuh itu, dimulai di Eden (Jerusalem) karena matahari di sana masuk lenyap dari penglihatan sekitar sepuluh jam sesudah matahari masuk yang ketiga (the third sunset) terjadi pada Garis Penanggalan di Lautan Pacifik.
Lagi pula, kenyataannya bahwa garis penanggalan Eden dari pendeta N itusudah harus melewati daerah-daerah kependudukan yang padat, sedangkan garis penanggalaan milik Allah di Pacific lewat melalui daerah-daerah yang sama sekali tidak berpenghuni, merupakan suatu bukti lain yang baik dan cukup, bahwa garis penanggalan di Pacific itu ialah garis penanggalan ciptaan Allah. Perbedaannya yang akan dibuat oleh suatu garis penanggalan Eden (Palestina) adalah sebagai berikut : Pendeta N dapat sejenak melangkah keluar dari mana Hari Sabtu dimulai dan dapat menghabiskan satu hari pada sisi dimana Hari Minggu dimulai. Dengan demikian garis penanggalan Edennya itu dapat memungkinkan dia mengabaikan seluruh pemeliharaan Sabat hari Sabtu, dan dengan demikian dapat mudah memberikan kepadanya suatu hari untuk bergembira, atau suatu hari kerja, pada sisi dari garis dimana iaitu merupakan hari Minggu, sementara isteri dan anak-anaknya di rumah, yang hanya berseberangan jalan, pada sisi dimana Hari Sabtu hendak dimulai, memelihara Sabat hari Sabtu. Maka dengan demikian oleh cara pemikirannya itu ia dapat menyucikan Sabat hari Minggu bersama-sama dengan orang-orang dunia lainnya, lalu mengharapkan pahala karena mematuhi Sabat hari Sabtu ! Benar-benar sebuah perencanaan yang indah! Sekalipun demikian, bayangkanlah akan akibatnya : pada sisi yang satu pada jalan dimana berlaku garis penanggalan Eden itu orang-orang sedang akan berdansa dansi, memalu-malu, memahat-mahat, dan melakukan tawar-menawar barang, sementara pada sisi yang lain dari jalan itu orang hendak akan menyucikan Sabat, berdoa, dan berhotbah ! Alangkah Babilnya hal itu kelak, bukan ?
Dengan demikian kita akan melihat bahwa pikiran-pikiran yang tajam yang miskin akan Roh Kebenaran, dapat saja mengikhtiarkan berbagai perencanaan yang tajam, namun sama saja tidak ada Roh Kebenarannya. Tetapi bersyukurlah kepada Allah, mereka itu tidak mampu menyelenggarakan semua perencanaannya. Benar-benar mentaajubkan karena pendeta N telah menemukan garis penanggalan Eden atau Palestina itu, dan bukan Kristus, Pencipta, yang menemukannya, dan bukan juga nabi-nabi-Nya yang suci yang pernah mengetahui sesuatu perihal itu !. Mentaajubkan sekali kepintaran yang bukan dari Roh dari orang-orang yang tidak ber-Roh itu !
Penghitungan dari pendeta N itu mungkin saja bergantung pada kecepatan dari perjalanannya sendiri, yang membuatnya kehilangan satu hari atau berhari-hari sekiranya ia menuju ke barat, atau sebaliknya menguntungkan dia sehari ataupun berhari-hari sekiranya ia menuju ke timur, padahal minggu kepunyaan Allah itu berikut Sabat-Nya adalah konstan tidak berubah-ubah, tidak pernah membuat boros ataupun menghemat waktu, tanpa menghiraukan ke arah mana saja tujuan bepergian seseorang.
Adalah mudah saja untuk melihat pada jam penunjuk waktu, bahwa dalam menjelajahi bumi apakah itu ke arah timur ataupun ke arah barat kita akan kehilangan atau menghemat waktu, bukan karena sebab adanya garis penanggalan itu, juga bukan karena sebab waktu itu sendiri, melainkan hanya karena sebab perjalanan kita, apakah itu kearah yang berlawanan dari mana bumi itu berputar --- ke barat --- atau dalam perjalanan kita pada arah dimana bumi berputar --- arah ke timur.
Sebuah pembandingan dapat membawa kenyataan ini makin lebih jelas. Gambarkan bagaimana anda memanjat sebuah bukit pasir, pada mana untuk setiap yard anda naik, kaki anda akan selip ke bawah satu inci. Semua upaya anda yang sedemikian itu berakibatkan anda kehilangan satu yard pada setiap 36 yard anda memanjat. Oleh karena itu sesungguhnya anda ingin berjalan 37 yard, tetapi bergerak ke atas hanya 36 yard. Padahal dalam perjalanan turun, kaki anda sebaliknya sudah akan lebih dulu selip satu inci untuk setiap yard yang anda jalani. Semua upaya anda itu dengan demikian akan menghemat satu yard untuk setiap 35 yard perjalanan. Atau keseluruhan 36 yard itu akan ditempuh hanya 35 yard perjalanan.
Demikian itulah, maka dalam menjelajah ke barat dari Lautan Atlantik ke Lautan Pacifik, anda sudah harus memundurkan jarum jam dari arloji anda 4 kali (empat jam) untuk tetap mempertahankan waktu yang sama dengan waktu dari orang-orang yang hendak anda datangi. Maka dalam menjelajah ke timur dari Lautan Pacifik ke Lautan Atlantik, anda sudah harus memajukan jarum jam anda 4 kali (empat jam).
Marilah kita kembali berandai-andai misalkan anda tinggal dimana bintang malam itu berdiri (biarkan iaitu tetap berdiri bagi maksud ini) langsung di atas kepala pada waktu matahari masuk - pada jam 6.00 PM. Pada suatu hari anda bergegas hendak membuat sesuatu perjalanan, yang dimulai pada jam 6.00 PM, dan berjelajah arah ke barat pada kecepatan 1000 mil per hari. Sesuai dengan itu, hari itu sesudah anda meninggalkan rumah, bumi akan membawa anda berkeliling kembali langsung ke bawah bintang malam itu, namun satu jam kemudian pada jam 7.00 PM. Dan karena waktu setempat adalah jam 6.00 PM., maka anda harus mengembalikan jarum jam anda satu jam - kembali ke 6.00. Setiap hari selama 24 hari anda mengulangi perlakuan itu, sampai pada akhir dari hari ke-24 anda akhirnya tiba kembali di rumah. Pada waktu itu anda sudah akan memundurkan jarum jam anda 24 kali, setiap jam satu kali. Hendakkah kita sekarang mengatakan bahwa anda sudah kehilangan satu hari pada 24.000 mil perjalanan itu ? Tentunya tidak. Anda tidak kehilangan apa-apa, bahkan semenitpun tidak, dan anda sudah hidup tepat sama lamanya sekiranya anda telah berada selama itu di rumah.
"Tetapi bagaimana," sekiranya mungkin ditanyakan, "dapatkah seseorang pada hari Sabat berlayar ke arah barat dari sisi (Amerika) sebelah barat ke sisi (Asia) sebelah timur tanpa mengakhiri pemeliharaan penyucian Sabatnya segera setelah ia melewati garis penanggalan itu lalu disana memasuki hari Minggu, yang barangkali hanya sejam setelah ia mulai memeliharakan penyucian Sabat itu ? Dapatkah ia dibenarkan karena menyucikan hanya sebagian dari Sabat itu ?
Marilah kita berandai-andai bahwa bukan hanya seorang, melainkan semua penumpang, termasuk awak kapal adalah pemelihara penyucian Sabat. Pada peristiwa itu semua mereka itu sudah pasti akan mematuhi Perintah lalu berhenti bekerja dan membuang sauh tepat dimana hari Sabat berhasil menemukan mereka. Dari prinsip pemeliharaan penyucian Sabat dari Alkitab yang benar ini, menyusul akal sehat bahwa apabila berada di luar semua kekuasaannya, seorang pemelihara kesucian Sabat yang dalam pelayarannya berlayar melewati garis penanggalan pada hari Sabat, ia masih akan mau meneruskan pemeliharaan kesucian sepenuhnya jam-jam yang suci dari hari Sabat itu, sama seperti sekiranya kapal itu telah berlabuh tepat dimana Sabat telah mendapatinya. Jadi, apabila jam-jam yang suci itu sudah berlalu, dimana Sabat telah mendapatinya, ia akan terus maju menjaga waktu sesuai hari dan jam dari negeri dimana ia akan menemukan dirinya sendiri.
Semua pertimbangan ini mengungkap dirinya sendiri ke dalam bukti yang mutlak bahwa hari Sabat itu tak dapat tiada perlu dimulai pada hari Jumatmasuk matahari, namun kira-kira sekitar 8 jam lebih dulu di Australia daripada di Jerusalem. Kebenaran yang sederhana yang tidak pernah berubah itu adalah bahwa Allah menuntut dari kita untuk memelihara kesucian hari yang ketujuh dari minggu itu, yaitu Sabat, kapan saja dan dimanapun saja matahari menghantarkannya kepada kita, dan itulah sebabnya IA dengan tegas memerintahkan kepada kita untuk mempertahankan kesuciannya mulai dari matahari masuk sampai kepada matahari masuk ("from even unto even"). Immamat 23 : 32.
******
Kita sekarang mengalihkan perhatian kita kepada suatu teori dan faham Sabat yang lain, untuk mana seorang pencari Kebenaran telah menulis sebagai berikut : SEBUAH BROSUR YANG BERJUDUL :
SABAT ALKITAB DALAM RENCANA
PENEBUSAN ALLAH YANG SEMPURNA
Penulis itu beranggapan bahwa Sabat itu diperintah oleh bulan lunar, bukan oleh suatu siklus mingguan yang bebas. Mohon berikan kepada kami jawaban anda dari Alkitab.
Karena berassumsi bahwa Sabat hari ketujuh itu diperintah oleh suatu kalender penanggalan bulan (lunar calendar), bukan oleh siklus mingguan yang bebas, maka
BROSUR ITU MENGATAKAN :
"Benar, seluruh dunia Kristen, terkecuali sebagian orang pemelihara Hari Sabtu, mereka itu memeliharakan kesucian dari suatu hari kekapiran dari Matahari. Tetapi para pemelihara kesucian Hari Sabtu juga memelihara dan memuliakan suatu hari yang berasal dari kekapiran --- yaitu hari Saturnus ...
"Keluaran 12 : 1, 2 berbunyi : 'Maka bebicaralah Tuhan kepada Musa dan Harun di negeri Mesir, kata-Nya : Bulan (month) ini akan jadi kelak bagimu permulaan dari segala bulan(months) : iaitu akan jadi bagimu bulan yang pertama (moon) dari tahun bagimu.' Bulan (moon) itu telah dibuat untuk mengukur semua bulan (months). Bandingkanlah 1 Samuel 20, ayat 5, 18, 24, 27, 34. Dan juga untuk menandai musim-musim (Kejadian 1 : 14 dan Mazmur 104 : 19). Bulan dan matahari dan bintang-bintang adalah kalender penanggalan Allah di dalam bentangan langit agar semua orang dapat melihat dan menandai waktu-waktu kepunyaan Allah bersama-sama dengan bumi ......
Oleh sebab itu, maka Sabat dari Alkitab ialah Sabat pada mana Paskah itu datang pada setiap tahun. Tuhan dengan sengaja menempatkan perayaan Paskah itu pada Sabat yang kedua dari Bulan (moon) yang pertama (Abib), setiap tahun, bagi suatu peringatan akan Sabat setiap tahun (Keluaran 20 : 8). Itu adalah Sabat yang kedua dari bulan yang pertama, oleh alasan bahwa Paskah terjadi pada hari ke-14 dari bulan itu, yaitu bulan (moon) penuh yang pertama sesudah musim bunga dimana siang dan malam sama panjang (vernal equinox) sewaktu musim semi dimulai." --- SABAT DARI ALKITAB DALAM RENCANA PENEBUSAN ALLAH YANG SEMPURNA, halaman 9, 13, 16.
Kepada para pemberi keterangan perihal cara penghitungan Sabat yang disebut di atas,
ROH KEBENARAN MEMBERI JAWABANNYA
Di dalam paragraf-paragraf yang dikutip sebelumnya, penulis yang bermaksud baik, tetapi sangat ceroboh menginformasikannya itu sedang mencoba meruntuhkan sama sekali Sabat hari yang ketujuh dengan cara mengabaikan siklus mingguan yang asli, yaitu siklus tujuh hari kejadian (dunia) milik Allah, lalu menegakkan pada tempatnya suatu siklus tujuh hari ciptaannya sendiri yang dikuasai oleh bulan (moon), sehingga membuat yang ke-7 itu menjadi yang ke-14, yang ke-21, dan yang ke-28 hari dari setiap bulan menjadi hari-hari Sabat yang memperingati minggu kejadian dunia.
Memang benar bahwa nama-nama dari bulan-bulan dan hari-hari dari minggu itu berasal dari dongeng-dongeng orang kapir (mythology), tetapi siklus mingguan itu sebagaimana yang akan kita saksikan, adalah berasal dari zaman yang tak terhingga (time immemorial). Benar, Allah berfirman kepada Musa : "Bulan ini akan jadi bagimu permulaan dari semua bulan : iaitu harus menjadi bulan yang pertama dari tahun bagimu." Keluaran 12 : 2. Tetapi IA tidak mengatakan, Ia itu juga harus menjadi permulaan dari semua minggu bagimu. Dengan demikian permasalahan, "Bagaimanakah kamu baca ?" menantang secara tegas penulis lunar-Sabat itu untuk menjawabnya. Jelaslah, bahwa Allah tidak mungkin mengatakan : "bulan (moon) ini akan menjadi permulaan dari semua minggu bagimu," karena cara yang sedemikian sebagaimana yang akan kita saksikan, akan bertentangan dengan alam (Nature), Firman, dan Akal sehat (Logika).
Sekiranya IA telah menghendaki bulan (moon) untuk menentukan waktu dari Sabat yang suci, maka IA sudah akan membuatnya menyelesaikan perputarannya mengelilingi bumi, tepatnya sekali dalam empat minggu atau sekali dalam seminggu. Namun karena bulan tidak berbuat sedemikian itu, maka iaitu tidak mungkin dapat diambil sebagai pengatur Ilahi untuk mengatur hari Sabat yang suci pada setiap minggu. Lagi pula, Sabat dimulai pada malam hari ("even"), sedangkan bulan baru (new moon) dapat saja muncul pada setiap jam dari siang hari atau malam.
Paragraf-paragraf berikut ini mengemukakan secara singkat matahari (solar), bulan (lunar), dan fakta-fakta kenyataan dari Alkitab, bukan maksud pengertian, bahwa siklus mingguan itu belum pernah dan tidak pernah dapat diperintah (controlled by) oleh sesuatu kalender penanggalan bulan (lunar) ataupun kalender penanggalan matahari (solar), dan bahwa Gereja di bawah pengarahan Allah tidak pernah, baik selama dalam sejarah Wasiat Lama maupun dalam sejarah Wasiat Baru memelihara penyucian sesuatu sabat dari kalender penanggalan bulan.
Sabat yang Tuhan sucikan telah diperingati pada tepatnya hari yang ketujuh sesudah kejadian bumi dimulai, bukan pada hari yang ketujuh sesudah bulan mulai diciptakan (Kejadian 2 : 2). Oleh sebab itu siklus mingguan yang Allah gerakkan, dan Sabat yang Ia sendiri peringati, bukan diukur oleh perputaran bulan, melainkan oleh perputaran dari bumi.Sekiranya Tuhan memberkahi dan memperingati sesuatu Sabat yang diperintah oleh bulan, maka jam-jam Sabat itu tidak mungkin jatuh pada hari yang ke-7 sejak dari permulaan kejadian, melainkan sebaliknya harus jatuh dalam hari yang ke-10, karena bulan itu belum lagi diciptakan dan digerakkan sampai setelah hari ke-4 dari kejadian. (Baca Kejadian 1 : 14 - 19). Karena minggu pada waktu itu tidak diperintah oleh bulan, maka iaitu tentunya tidak mungkin diperintah olehnya sekarang lalu masih tetap merupakan minggu kejadian.
Sebagaimana minggu kejadian adalah tiga hari lebih tua daripada baik matahari maupun bulan, maka fakta kesimpulannya membuktikan, bahwa tidak ada satupun dari penerang-penerang langit ini pernah dapat mengatur minggu kejadian itu. Lagi pula, suatu tenaga pengatur dari matahari dan bulan yang sedemikian itu, akan mencabut Waktu dan Kejadian dari tiga hari yang pertama, sehingga meninggalkan sekaliannya itu bagaikan suatu bayangan "masa periode yang hilang", terkecuali ia itu berada dalam siklus sepuluh harian.
Selanjutnya, sekiranya kita harus membuat hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21 dan hari ke-28 dari bulan lunar sebagai standard ukuran bagi memperingati kesucian Sabat, sebagaimana yang diusulkan oleh buku kecil itu, maka bagaimanapun juga kita tidak mungkin dapat mengikuti bulannya, karena bulan lunar (lunar month) sesungguhnya bukan empat minggu (28 hari) lamanya, melainkan hanya kira-kira dua puluh sembilan setengah hari.
Semua fakta yang sangat berarti ini meruntuhkan seluruh pendapat tentang ketergantungan minggu pada orbit bulanan dari bulan (monthly orbit of the moon), sehingga oleh karenanya tidak lagi diperlukan pembahasan lebih jauh masalah itu. Tetapi karena penulis dari lunar Sabat itu mengatakan, bahwa sejarah menunjang pendapatnya, maka kita akan mengutip dari tiga paragraf berikut ini sebagai berikut :
"Penggunaan minggu itu diperkenalkan ke dalam Kekaizaran Romawi pada kira-kira abad kedua dari sejarah Kristen dari Mesir, dan telah dikenal secara bebas oleh dunia Kristen sebelum Kaizar Constantine mengukuhkannya oleh melarang memperingati Sabat orang Kristen itu. Dengan orang-orang Mohammedans minggu itu juga memiliki suatu sifat keagamaan, karena Hari Jumat diperingati oleh mereka sebagai suatu Sabat." - Twentieth Century Cyclopedia, Vol. 8, p. 487.
"Masa periode tujuh hari ... telah digunakan oleh orang-orang Brahmins di India dengan denominasi-denominasi yang sama yang digunakan oleh kita, dan adalah sama ditemukan di dalam kalendar-kalendar penanggalan orang-orang Yahudi, Mesir, Arab, dan orang-orang Assyrians." - Standard Dictionary, definition "Calendar."
"Minggu ialah suatu masa periode tujuh hari, yang tidak memiliki petunjuk apapun kepada gerakan-gerakan di langit, --- sesuatu keadaan dari mana iaitu memperoleh kesamaan yang tidak dapat berubah. Iaitu telah digunakan semenjak dari masa lalu yang tak dikenal, di hampir semua negeri timur; dan, karena iaitu tidak membentuk suatu bagian dari tahun maupun dari bulan lunar, maka mereka yang menolak ceritera Mosaic akan rugi, seperti yang dinyatakan oleh Dalambre, untuk menugaskannya kepada suatu asal yang memiliki kemungkinan kesamaan yang sedemikian." - Encyclopedia Britanica.
Ada kesaksian dari sejarah. Jelaslah,bahwa iaitu tidaklagi menunjang pernyataan dari penulis sabat-bulan lunar itu daripada akal sehat dan Alkitab. Sebaliknya, iaitu mengungkapkan bahwa minggu dari Romawi yang sekarang, adalah sama seperti juga dengan minggu dari Yahudi kuno dan Kristen, bahwa iaitu pernah dan masih merupakan minggu dari dunia "semenjak dari masa yang tak diketahui" - semenjak dari kejadian dunia. Lagi pula Encyclopedia Britanica menjelaskan bahwa minggu itu adalah suatu masa periode tujuh hari yang tidak memiliki petunjuk apapun kepada gerakan-gerakan di langit."
* * *
(sumber : Simbolic Code buku 5 jilid 13 no. 7 dan 8)
|